SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

Foto saya
Kupang, NTT, Indonesia

Senin, 24 Agustus 2009

AGAR PUASA KIAT BERKUALITAS

Kita kembali berada dalam pelukan bulan Ramadhan. Sebelas bulan sejak berpisah. Kita sering lalai sehingga banyak sekali waktu yang terlewat sia-sia di bulan penuh rahmat, barakah dan pahala. Sekarang kita ketemu lagi dengan niat kembali menyusun langkah untuk lebih baik dalam berama, mempersiapkan segala perbekalan untuk amal yang lebih berkualitas di dalamnya. Agar amalan kita berkualitas dilaksanakan dalam Ramadhan kali ini, pertama, memahami puasa. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya “Ihya’ Ulumiddin” membagi kualitas puasa menjadi tiga, yaitu (1) puasa awam, yaitu sebatas menahan makan, minum dan syahwat kepada lawan jenis, di siang hari bulan Ramadhan; (2) puasa khawash, yaitu puasa badan dari yang haram, menahan mata dari yang haram, menahan tangan dari yang tidak hak, menahan langkah kaki dari jalan menuju yang haram, menahan telinga dari mendengarkan yang haram termasuk ghibah; dan (3) puasa khawashul khawash, yaitu mengikat hati dengan kecintaan kepada Allah swt tanpa memperhitungkan selain-Nya, membenci prilaku maksiat kepada-Nya, dan hanya menyibukkan hati dengan ketaatan kepada-Nya.

Puasa mana yang akan kita jalankan? Rasulullah saw bersabda: “Allah swt berfirman: Setiap amal anak Adam untuk dirinya kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.” (H.R Muslim). Syaikh Al-Utsaimin menjelaskan bahwa “Allah Swt mengkhususkan puasa untuk diri-Nya, berbeda dengan seluruh amal yang lain. Sebab, puasa merupakan rahasia antara seorang hamba dengan Rabbnya, tidak yang mengetahui selain Allah. Oleh karena itu, Allah swt memberi balasan kepada orang yang berpuasa dengan pahala berlipat ganda tanpa diketahui jumlah dan kadarnya”. Selain itu puasa dapat menghapuskan dosa (H.R Bukhari & Muslim), serta mampu memberikan syafa’at kepada pelakunya pada hari Kiamat (H.R Muslim).

Kedua, memperbanyak membaca Alquran, mengkhatamkan dan mempelajarinya. Keuntungannya sangat banyak: Rasulullah saw bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Quran dan yang mengajarkannya” (H.R. Bukhari). Dalam kesempatan lain Rasulullah saw bersabda: “Orang yang pandai membaca Al-Quran akan bersama kelompok para Malaikat yang mulia dan terpuji. Adapun orang yang terbata-bata dan sulit membacanya akan mendapat dua pahala.” (H.R Bukhari & Muslim).

Beliau juga bersabda: “Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah (al-Quran) dan mempelajarinya, melainkan ketenangan akan turun kepada mereka, mereka diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah menyebut nama-nama mereka di hadapan para Malaikat yang ada di sisi-Nya.” (H.R Muslim). Keutamaan lainnya, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf Kitabullah (al-Quran) maka ia mendapat satu kebaikan, sedang satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa alif laam miim satu huruf, tetapi alif itu satu huruf, laam itu satu huruf dan miim itu satu huruf.” (H.R At-Tirmizi). Itulah keuntungan orang yang membaca Alquran pada bulan-bulan biasa, terlebih lagi pada bulan Ramadhan.

Ketiga, memperbanyak infaq dan sedekah. Rasulullah saw adalah orang yang paling dermawan, terutama pada bulan Ramadhan. Bahkan kecepatan sifat dermawan beliau diibaratkan melebihi angin yang bertiup (H.R Bukhari & Muslim). Demikianlah gambaran Rasulullah saw dan begitulah semestinya sosok seorang muslim. Mengenai keuntungannya, Syaikh Ibrahim Bin Ibrahim Al-Hamd berkomentar: “Sedekah itu mempunyai banyak keutamaan yang tak terhingga.Sedekah dapat meredupkan murka Allah, menolak kematian yang buruk, menunjukkan keimanan kepada Allah. Sedekah adalah bukti kasih sayang dan kepekaan terhadap sesama. Demikian pula sedekah adalah sebab dimudahkan berbagai urusan, dilapangkannya kesusahan dan mendapatkan pertolongan Allah. Sedekah menyebabkan bertambahnya harta, turunnya kebaikan dan datangnya keberkahan. Sedekah adalah penyebab untuk mendapatkan naungan di bawah ‘arsy Ar-Rahman pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Demikian pula sedekah memiliki pengaruh terhadap bala’ (musibah).” Imam Ibnul Qayyim berkata: “Sedekah mempunyai pengaruh yang mengagumkan dalam menolak berbagai macam bala’, walaupun sedekah itu tersebut berasal dari orang yang fajir (jahat), zalim, bahkan dari orang kafir sekalipun. Ini perkara yang dimaklumi oleh khalayak dan penduduk bumi menyepakati hal itu.”

Keempat, melakukan shalat lima waktu secara berjamaah. Keuntungannya: Rasulullah saw bersabda: “Shalat berjamah lebih baik dari shalat sendirian dengan pahala 27 kali lipat.” (H.R Bukhari & Muslim). Kelima, memperbanyak shalat sunnah, seperti shalat Tarawih, Tahajjud, Rawatib, Dhuha, sesudah wudhu’, Syuruq dan sebagainya. Di bulan Ramadhan, shalat sunnah bernilai wajib dan shalat wajib bernilai sama dengan 70 kali shalat wajib di bulan lainnya. Mengenai keuntungan shalat rawatib, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang shalat dalam satu hari satu malam dua belas rakaat, selain shalat wajib, maka dibangunkan untuknya sebuah rumah disurga.” (H.R Muslim). Keuntungan shalat dhuha adalah pahalanya senilai dengan pahala sedekah. Keuntungan shalat tarawih dan tahajjud adalah menghapuskan dosa. Shalat sunnat setelah wudhu penyebab pelakunya masuk surga. Shalat sunnah waktu syuruq senilai dengan haji yang sempurna.

Keenam, zikrullah dan memperbanyak doa, karena doa orang yang berpuasa adalah maqbul (diterima Allah). Keuntungannya: ampunan dan memperberat timbangan amal shaleh (H.R. Bukhari), dinaungi para malaikat dan mendapat perlindungan dari Allah SWT (H.R Bukhari), dan memperoleh ketenangan hati (Ar-Ra’d: 28). Ketujuh, bertaubat dan memperbanyak istighfar. Taubat adalah penyesalan atas prilaku maksiat dan bertekad untuk tidak mengulanginya. Semua kita memerlukan taubat setiap harinya dari dosa-dosa yang kita lakukan. Keuntungannya, taubat menghapus kesalahan yang lalu, mendatangkan rizki dan menambah keturunan (QS. Nuh: 10-12).

Kedelapan, i’tikaf, adalah sunnah yang selalu dilakukan oleh Rasulullah saw pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, bahkan pada tahun terakhir beliau wafat, Rasulullah melakukan i’tikaf selama 20 hari. I’tikaf adalah berdiam diri di masjid untuk beribadah, meninggalkan urusan dunia dan kesibukannya. Targetnya adalah konsentrasi beribadah dan mencari dan berusaha meraih malam Lailatul qadar. Kesembilan, mengisi bulan Ramadhan dengan membaca buku Fiqh, Hadits dan Tafsir, terutama yang berkaitan dengan Ramadhan dan puasa. Hal ini sangat penting, agar kita dapat berpuasa dan beribadah dengan benar, sesuai dengan petunjuk Rasulullah saw, sehingga amal shaleh dan ibadah kita di dalam bulan Ramadhan diterima oleh Allah SWT. Keuntungannya: Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan kepadanya, niscaya Allah permudahkan pemahaman agamanya.” (H.R Bukhari & Muslim). Rasulullah juga bersabda: “Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah memudahkan jalan baginya menuju surga”. (H.R Muslim).

Subhanallah, begitu banyak keuntungan bagi orang yang melaksanakan ibadah dan melakukan amal shaleh, terlebih lagi pada bulan Ramadhan yang disediakan bonus pahala berlipat ganda dibandingkan bulan-bulan lainnya dan sarana mendapat pengampunan. Akhirnya kita berharap dapat mengisi bulan Ramadhan dengan berbagai aktifitas ibadah dan amal shaleh, agarRamadhan kita kali ini lebih berkualitas.

Penulis adalah Ketua Biro Dakwah, Dewan Dakwah Aceh, mahasiswa pascasarjana Fiqh dan Ushul Fiqh, IIUMy Malaysia.

MARHABAN YA RAMADHAN

TAMU agung’ ramadhan yang diberkati kembali menghampiri dan menyapa kita, meskipun kita tidak pernah melakukan persiapan untuk menyambutnya. Tamu yang menawarkan seribu bahkan jutaan kesempatan untuk mencapai ‘kebahagiaan’, satu-satunya kata yang akan selalu menjadi orientasi akhir dari semua agenda dan aktifitas umat Islam bahkan semua umat manusia selama berada di dunia.

Ramadhan adalah sebuah stimulan dalam beramal yang akan membantu manusia mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, seluruh amal kebaikan yang dikerjakan dalam bulan ini akan dilipatgandakan dan amal keburukan serta maksiat dimaafkan/diampuni, bulan segala doa dikabulkan, dan derajatnya pun ditinggikan. Di samping itu, ramadhan adalah bulan yang penuh rahmat, maghfirah dan pembebasan dari api neraka.

Ramadhan juga merupakan suatu momentum yang sangat tepat bagi kita kaum muslimin untuk menyamakan persepsi bahwa kita ini sebenarnya adalah satu tubuh, apabila salah satu organ tubuh terserang sakit maka seluruh tubuh akan merasakan sakit yang sama, dengan ini diharapkan sifat peduli kepada antar sesama kembali bersemi setelah setahun pasca ramadhan tahun lalu yang mungkin sudah mulai pudar. Bulan ramadhan juga merupakan ajang bagi kita untuk ‘bertadharru’, meratap kepada Allah agar segala kesusahan, kezaliman dan diskriminasi dijauhkan dari kita.

Di antara kelebihan ramadhan yang lain adalah, pada bulan ini orang-orang beriman dididik untuk berlaku disiplin dengan aturan-aturan Allah swt dan Rasul-Nya. Secara fisik, Allah mendidik untuk disiplin dalam mengatur pola makan. Secara psikis, Allah mendidik untuk berlaku sabar, jujur, menahan amarah, empati dan berbagi kepada orang lain, dan sifat-sifat luhur lainnya. Dan secara fikri, Allah mendidik agar orang-orang beriman senantiasa bertafakkur dan mengambil pelajaran-pelajaran yang bermakna bagi kehidupannya. Ramadhan juga merupakan bulan persaudaraan, dimana pada bulan ini Allah mendidik kaum muslimin untuk lebih mencintai dan peduli terhadap saudara-saudaranya.

Rasulullah saw mengajarkan agar kita ringan bersedekah di bulan ini, memberi makanan bagi orang yang berpuasa, menunaikan zakat, dan membuang dengki dan sifat-sifat buruk terhadap saudaranya. Diharapkan pasca ramadhan aneka amalan yang digalakkan selama ramadhan bisa terus berkelanjutan.

Ramadhan adalah bulan perjuangan, untuk sukses menjalani ramadhan dibutuhkan perjuangan-perjuangan yang tidak ringan. Dalam hal ini Allah hendak mengajarkan kita bahwa untuk sukses dalam kehidupan dunia dan akhirat dibutuhkan perjuangan, yaitu bagaimana mengendalikan hawa nafsu kita agar tunduk dan patuh dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Karenanya, untuk memaksimalkan potensi ramadhan ini, sebagai seorang Muslim selayaknya kita melakukan beberapa hal.

Pertama, sambutlah bulan puasa dengan cita-cita dan azzam (tekad) yang tinggi dengan memperbanyak ibadah, baik siang atau malam. Dalam bulan ini, disamping perintah berpuasa juga bulan yang diharapkan menjadi momentum memperbanyak amal ibadah bagi umat Islam, dengan lebih giat lagi menambah amal kebaikan yang bersifat sunnatiyah, disamping yang bersifat wujubiyah. Ini diperlukan untuk melatih diri dan mensucikan jiwa. Karena dalam bulan ini Allah membuka peluang bagi hamba-hamba-Nya untuk beribadah sebanyak-banyaknya dan pahala ibadah akan dibalas dengan berlipat ganda.

Allah swt mendidik kaum muslimin untuk merealisasikan misi hidup dengan senantiasa beribadah kepada Allah swt. Karena target keimanan yang diharapkan adalah hamba-hamba yang selalu mengorientasikan hidup untuk beribadah, sebagaimana firman Allah: Katakanlah: “Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (Al An’aam:162-163). Begitu juga interaksi kaum muslimin dengan Alquran dalam bulan ini harus lebih intens sebagaimana dicontohkan oleh generasi salaf yang mencurahkan waktu demikian banyak pada bulan ramadhan untuk berinteraksi dengan Alquran, baik dengan membaca, mentadabburi, dan mengamalkan kandungan-kandungan isinya.

Kedua, mengulangi kembali pelajaran-pelajaran yang berkaitan dengan puasa. Agar kita memasuki dan menjalani puasa dengan pengetahuan, pedoman-pedoman yang baik, serta pengalaman-pengalaman yang telah lalu. Pelajaran itu bisa seputar rukun, syarat sah, syarat membatalkan, perkara-perkara sunnat dan makruh, dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Ketiga, kita perlu menguatkan ruhiyah, yaitu menenangkan jiwa kita dalam menghadapi bulan puasa sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat. Kita juga perlu menguatkan semangat untuk melaksanakan ibadah wajib ini dengan sempurna agar kita memperoleh predikat sebagai muttaqin (orang yang bertaqwa), karena hal itu menjadi syarat untuk memasuki syurgaNya yang abadi.

Keempat, tinggalkan kebiasan-kebiasan yang memberatkan dan merugikan diri, seperti berbelanja berlebihan, tenggelam dalam hiburan: nonton Televisi, permaianan-permainan yang membuang waktu, melakukan perbuatan yang tidak mendatangkan faedah. Hal tersebut justru bertentangan dengan hikmah puasa. Kelima, memperbanyak doa, semoga Allah Swt memberi kesehatan, tenaga, kelapangan, dan kesempatan mengerjakan puasa sampai tuntas. Semoga Allah memberikan taufik dan hidayah supaya kita dapat berpuasa dengan hati yang jujur, tulus dan jauh dari riya’, ujub, dan segala penyakit yang menghilangkan pahala puasa.

Keenam, ucapkan ‘tahniah’ (ucapan selamat) kepada saudara-saudara kita. Diriwayatkan oleh dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah senantiasa menggembirakan para sahabat saat kedatangan bulan Ramadhan. Rasulullah menggembirakan para sahabat dengan sabdanya, “Sesungguhnya akan datang kepada kamu bulan ramadhan, bulan yang diberkati, Allah mewajibkan kamu berpuasa di dalamnya. Pada bulan ramadhan dibuka pintu-pintu syurga, dikunci semua pintu neraka, dibelenggu semua syaitan. Di malamnya ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa yang tidak memperoleh kebajikan pada malam itu, berartilah diharamkan baginya segala kebaikan untuk dirinya.” (H.R. Ahmad dan Nasa’i)

Sebagai bulan istimewa yang penuh dengan kemuliaan dan kelebihan, sudah selayaknya kita menyambutnya dengan rasa syukur, perasaan suka cita dan bahagia. Barang siapa yang gembira dengan datangnya bulan ramadhan, maka Allah Swt akan memasukkannya ke dalam surga-Nya yang abadi. Bagaimana bisa?, karena gembira menyambut ramadhan adalah cerminan Iman. Semakin bahagia dan rindu seorang hamba kepada ramadhan, semakin dalam keimanan yang dimiliki seseorang. Tentu pemahaman ini bukan untuk menghakimi dan mengukur keimanan orang lain, tetapi untuk menghakimi dan mengukur keimanan di dalam diri sendiri. Semoga kita bisa mengoptimalkan bulan ramadhan untuk ‘taqarrub ilallah’ (mendekatkan diri kepada Allah), membersihkan hati, dan memperkuat simpul-simpul persaudaraan agar predikat taqwa.

* Penulis adalah Guru Dayah Terpadu Darul Ihsan Tgk.H.Hasan Krueng Kalee, Aceh Besar. Mahasiswa pascasarjana IAIN Ar-Raniry.

MENGINGAT ALLAH

“Perumpamaan orang yang mengingat Rabbnya dengan orang yang tidak mengingat Rabbnya adalah seperti orang yang hidup dengan orang yang sudah mati” (HR. Bukhari dan Muslim).

Meskipun tak semua orang mampu melakukannya, perbuatan mengingat Allah memiliki makna yang amat penting bagi setiap hamba Allah dan memiliki dampak yang jelas pada seseorang. Disebutkan dalam Al-Qur’an, dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang. Hati juga menjadi terbuka, hidup, dan lapang dalam menerima kebaikan, sehingga membuat seseorang untuk gemar beribadah dan terus berbuat baik. Dengan demikian, bila berbagai kebaikan itu masih belum diperoleh seseorang, itu bisa menjadi pertanda belum sepenuhnya mengingat Allah.

Memang banyak orang yang berzikir, lebih-lebih di bulan Ramadhan dan di waktu shalat. Namun sebenarnya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, mengingat Allah tak terbatas oleh waktu. Mengingat Allah bisa ketika sedang berdiri, duduk, atau bahkan terbaring. Tentunya manusia tak terlepas dari tiga perbuatan itu setiap saat: kalau tidak berdiri, ya duduk atau berbaring; kalau tidak duduk, ya berbaring atau berdiri. Dengan demikian, orang yang mengingat Allah akan nampak terlihat dari, antara lain, kejujurannya dalam bermasyarakat. Orang yang mengingat Allah tidak akan melakukan sesuatu, kecuali yang baik, meskipun di tempat tersembunyi.

Kita manusia biasa memang kerap merasa diri telah mengingat Allah. Padahal kadangkala tak lebih dari sekedar di atas sajadah. Di luar itu, banyak di antara kita yang merasa seakan-akan Allah tak melihat kita, sehingga kita merasa bebas berbuat apa saja, termasuk kecurangan. Karena itu, sebaiknya kita terus memapah diri untuk mampu mengingat Allah. Rasulullah sendiri yang maksum pernah berdoa, “Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu, serta agar bisa beribadah dengan baik kepada-Mu” (HR. An Nasa’i).

PUASA

“Sesungguhnya puasa adalah perisai: apabila salah seorang di antara kamu sedang berpuasa maka janganlah berkata kotor dan jangan pula bertindak bodoh; dan jika ada seseorang yang menyerangnya atau mencacinya maka hendaklah ia mengatakan ‘sesungguhnya aku sedang berpuasa’” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Betapa perihnya nasib saudara-saudara kita di Iraq, Pakistan, dan Afghanistan hari. Puluhan hamba meregang nyawa karena perang setiap hari. Anak-anak yatim bertambah pesat. Yang cacatpun tak sedikit. Harta musnah seketika, diterjang peluru atau bom. Kesempatan-kesempatan indah untuk bersama-sama untuk menyambut dan menunaikan ibadah Ramadhan berganti dengan suasana berkabung. Tangisan anak-anak ditinggalkan orang tuanya menggema di berbagai pelosok negeri. Kesempatan untuk mencari rezeki berganti dengan rasa takut yang tiada tara. Begitulah kalau keadaan negeri tidak damai. Karena itu, kita maunya tidak menyemai benih-benih ketidakdamaian.

Dalam Al-Qur’an dan hadits disebutkan, ketidakdamaian bisa berbenih dari berbagai hal, terutama dari hati. Kata-kata jahat, iri hati, korupsi, ketidak-adilan, rakus, angkuh, memutuskan silaturrahmi, malas, adalah di antara hal itu. Ada ketidakdamaian yang disebabkan oleh kata-kata yang tidak enak diterima hati. Ada juga ketidakdamaian karena ketidak-adilan, yang dipicu oleh keinginan hati sebahagian orang untuk menguasai harta secara rakus. Bahkan, ada ketidakdamaian karena tidak mau menjaga hubungan silaturrahmi, sehingga hidup ini mudah dikacaukan orang.

Karena itu, percuma mengajak untuk menjaga perdamaian bila tak mampu menjaga kata-kata yang menyakitkan hati. Percuma juga seruan itu, bila melakukan ketidak-adilan. Percuma juga kata-kata indah itu, bila gemar memutuskan hubungan silaturrahmi.

Bila ingin damai, maka berpuasa dari melakukan hal-hal yang buruk itu amat penting dilakukan. Sebagaimana sabda Rasulullah, berpuasa tidak sekedar menahan diri dari haus dan lapar. Bahkan, menjadi sia-sia saja menahan rasa haus dan lapar bila tak mampu menjaga hati. Katanya, hatilah sumber segala perbuatan yang dilakukan anggota tubuh

Mensyukuri Kedatangan Ramadhan

BERSYUKURLAH dengan kedatangan bulan Ramadan. Rasulullah SAW selalu memberi kabar gembira kepada para sahabat setiap kali datang bulan Ramadan. “Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kalian berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu syurga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR: Ahmad).

Karena itu, selain berpuasa dengan menahan diri dari makan dan minum, serta berbagai perbuatan yang mengurangi, bahkan membatalkan ibadah puasa, bulan suci ini umat muslim dianjurkan memperbanyak ibadah. Satu ibadah sunat dikerjakan di bulan Ramadan, pahalanya seperti mengerjakan perbuatan wajib di luar bulan Ramadan.

Sedangkan mengerjakan satu perbuatan wajib di bulan puasa, maka pahala 70 kali lipat dibanding mengerjakan pada bulan di luar Ramadhan. Tentunya pahala 70 kali lipat ini harus mengerjakan ibadah puluhan tahun di luar bulan puasa. Begitulah janji Allah kepada orang-orang beriman, asalkan setiap ibadah dikerjakan karena Allah.

Seperti Nabi Muhammad SAW, di antara ibadah sunat yang cukup banyak dikerjakan pada bulan Ramadan, yaitu mengamalkan dan memperbanyak membaca Alquran. Kedua perbuatan sunat ini diyakini lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai ibadah lainnya. Selain itu, sambutlan bulan Ramadan dengan meninggalkan dosa dan segala kebiasaan buruk. Bertaubatlah dengan benar dari segala dosa dan kesalahan. Ramadan adalah bulan taubat. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur : 24)

Bahkan, Rasulullah mengatakan jika sekiranya umatku mengetahui kelebihan bulan Ramadan, ia akan menangis ketika bulan ini telah usai. Selanjutnya, berdoa agar dipertemukan dengan Ramadan akan datang. Maka manfaatkanlah bulan Ramadan dengan berbagai ibadah, seakan-akan Ramadan kali ini bulan pengampunan terakhir diberikan Allah kepada kita.***

Menatap Pagi Yang Cerah

Sebuah awal yang baik ...Pagi ini everything running good...Bangun sahur dengan perasaan tenang, olah raga pagi...Apel pagi dalam suasana penuh kebanggaan. Masuk kelas duduk paling depan siap belajar lagi melahap materi Gumil hari ini.

Kelas D Selapa 2009 cukup kompak, walaupun prestasi yang terbaik belum bisa kami raih...namun posisi runner up sudah pasti. Ditambah point kebersihan dengan prestasi "kloset tanpa cincin infanteri", kerapian barak tanpa tegoran. Mannnnnnntaaaaap surannnnntap ....persipan lulus jadi cleaning servis semua!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

TEHNIK DAN STRATEGI MENGATASI STRESS


1. Kehidupan yang seimbang.
Disiplinkan diri dengan program pola makan yang seimbang. Terlalu banyak gula, garam, dan kopi dapat membuat stres meningkat. Kalau kita sering mengonsumsi 3 hal diatas, tingkat gula dalam darah akan meningkat dan membuat kita menjadi malas dan lemah. Gantilah dengan banyak mengonsumsi buah segar dan sayuran. Hindari kebiasaan buruk merokok, minum minuman keras dan narkoba. Dengan menerapkan prinsip keseimbangan kita dapat mengembalikan kondisi fisik. Dengan cara alamiah seperti itu kita dapat mengurangi akibat negatif stress, meskipun belum sepenuhnya mengatasi akibat stress sebenarnya.
2. Olahraga secara teratur.
Jika sehat secara fisik kita akan lebih kuat dan tangguh menghadapi stress. Untuk itu olah raga teratur adalah kuncinya. Olahraga yang dikuti dengan latihan pernafasan dan atau relaksasi selain dapat meningkatkan kebugaran tubuh juga dapat meningkatkan kestabilan emosi.
3. Relaksasi
Relaksasi ada dua macam. Relaksasi fisik dengan meregangkan dan melemaskan otot dan relaksasi pikiran dengan menurunkan frekuensi gelombang otak.
Relaksasi otot bisa dengan Stretching, dan pelemasan dengan memutar bahu dan pergelangan kaki. Selain itu bisa dengan cara mandi dengan air hangat.
Relaksasi mental dan pikiran bisa kita lakukan dengan menyeimbangkan antara kerja dengan refreshing. Lakukan hobby yang kita senangi karena bisa membuat kita rilleks. Jika sudah mengusai tehnik relaksasi misalnya tehnik membangun tempat kedamaian, visualisasi pemandangan yang indah, damai dan menyejukan kita akan lebih mudah melakuakan relaksasi kapan dan dimana saja.
4. Sikap.
Siakp kita dalam mengahadapi sesuatu menentukan kemampuan kita dalam menghadap stress. Bersikaplah positif dalam segala hal, hindari pikiran negatif . Kembangkan rasa humor karena tertawa dapat membuat otot tegang jadi kendor.
5. Berbagi dengan orang lain.
Cara yang lebih efektif menangkal stress yaitu dengan mengaktifkan diri dengan kegiatan klub, organisasi. Melalui hal tersebut kita dapat curhat, membantu dan berbagi suka dan duka dengan orang lain sehingga bisa mengurangi dan mengatasi stress
6. Manjakan diri sendiri.
Ketika stress datang kita justru perlu memanjakan diri dengan makan makanan favorit, memanjakan diri dengan hal-hal yang membuat kita senang.
7. Buatlah Prioritas.
Serigkali stress terjadi karena menumpuknya pekerjaan yang tidak bisa kita selesaikan. Biasakan membuat daftar apa yang harus dikerjakan ( a To do List) Kemudian susun berdasar prioritas yang harus segera dikerjakan. Hindari keinginan untuk menyelesaiakan sekaligus, lakukan satu demi satu berdasar prioritas.

Selamat menikmati hidup yang lebih baik.

Tetap Semangat " Leader are Reader"

by Slamet





Jumat, 21 Agustus 2009

Dokumentasi Kegiatan Selapa 2009


Foto Bersama Dan Kelas dan Teman-teman saat renang........

NGESSSSS

Salah satu kendala bagi siswa adalah mengatasi rasa kantuk ....setelah kurang lebih tiga minggu kualitas ngantuk dan kuantitas ngantuk menunjukkan gejala kenaikan...Memang dalam pendidikan militer ngantuk bukan masalh yg baru...tiap jenjang pendidikkan ngantuk pasti terjadi. Apalagi Selapa yang katanya merupakan pendidikkan kecabangan tertinggi di AD tentunya tingkat kesulitan dan tingkat "keberatannya" lebih dibanding yang lain sehingga mungkin ngantuk sesuatu yg masih wajar......

Minggu, 16 Agustus 2009

IB PERTAMA

Untuk kali petama saya mendapat libur IB setelah dua minggu mengikuti pendidikkan Selapa di Bandung. Lumayan untuk istirahat dan melepas penat, walaupun tidak bisa full free karena msih ada tugas yang harus segera diselesaikan pada saat pelaksanaan IB ini. Seperti biasa sebelum IB kita di kasih bekal yang namanya " LP ".

Keluar dari pintu gerbang lansung cari angkot arah BIP dengan tujuan pergerakan pertama memperbaiki Note Book di BEC. Habis itu meluncur menuju BSM, cari buku di Gramedia BSM dilanjutk makan malem trus meluncur ke tempat peristirahatan di Kircon dekat dekat Pindad.....cuci kaki cuci muka....lsg ngesssss!!!!

Sabtu, 15 Agustus 2009

selapa 2009

Dua minggu sudah berada di Bandung.....memulai sebuah tahapan perjalanan kehidupan di Militer yang mau nggak mau harus saya lewati. Diawal perjalanan ini memang terasa cukup berat dan banyak tantangan karena setelah sekian tahun berada di satuan