SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

Foto saya
Kupang, NTT, Indonesia

Minggu, 13 Maret 2011

Belajar dari Gempa di Jepang

Gempa bumi dasyat dengan kekuatan 8,9 Skala Richter disusul tsunami mengguncang Negeri Sakura hari Jumat, 11 Maret 2011. Ini terjadi pada siang bolong saat warga Jepang sibuk melakukan aktivitasnya. Gempa berpusat di 130 Km sebelah Timur Sendai, Honshu atau 373 Km tenggara Tokyo pada kedalaman 24 Km dan mengakibatkan tsunami yang menyapu kawasan pesisir Timur Laut Jepang. Seperti di infokan di media, berdasarkan data Badan Meteorologi Jepang bencana gempa kali ini tercatat sebagai bencana terdasyat dan terbesar setelah 140 tahun terakhir. Bencana ini bahkan melampaui gempa besar di Kanto, Honshu, pada 1 September 1923. Guncangan gempa berkekuatan 7,9 SR kala itu sedikitnya menewaskan 140 warga yang berada di kawasan Tokyo.

Gempa besar di Jepang juga terjadi pada 17 Januari 1995 yang melanda Kobe dengan kekuatan 7,3 Magnitude. Gempa ini menelan korban 43 ribu orang terluka parah, 6.400 kehilangan tempat tinggal, 7.500 gedung terbakar dan 350 ribu di evakuasi ( The Japan Journal, 2004). Dan memicu kerugian ekonomi mencapai USD 100 miliar. Ini diklaim waktu itu sebagai bencana alam paling mahal sepanjang sejarah. Gempa juga pernah terjadi pada 23 Oktober 2004 di Niigata, salah satu provinsi di Jepang dengan kekuatan 6,8 Mangnitude mengakibatkan 7.100 rumah hancur, 3.100 fasilitas publik rusak dan lebih dari 100 ribu orang di evakuasi. Gempa- gempa kecil sudah merupakan menu rutin tiap saat bagi masyarakat di Jepang karena sedemikian seringnya.

Belajar dari gempa yang terjadi sebelumnya terutama pasca gempa di Kobe, Jepang telah berupaya mempersiapkan diri menghadapi gempa, berbagai antisipasi terhadap datangnya bencana telah dilakukan , Jepang membangun Disaster Reduction dan Human Renovation Center (DRI). Ini merupakan pusat penanganan bencana dan rehabilitasi di Kobe yang mengambil pelajaran dari gempa hebat yang terjadi di Kobe. Bahkan Jepang memiliki Disaster Manajemen Ministry dalam sistem pemerintahannya. Kementerian ini mendapat anggaran beratus-ratus miliar untuk menangani dan menghadapi gempa. Setiap tahunnya Jepang menganggarkan 5 persen APBN secara khusus yang wajib digunakan untuk mengantisipasi bencana.

Berbagai antisipasi terhadap terjadinya gempa dilakukan, mulai dari membangun gedung-gedung tinggi, perkantoran dan bahkan rumah penduduk dengan desain bangunan anti gempa. Selain itu simulasi gempa dilakukan di kantor-kantor, sekolah-sekolah hingga lingkungan rumah masing-masing. Mental masyarakat Jepang pun telah disiapkan menghadapinya, untuk menghindari kepanikan saat terjadi gempa sehingga meminimalisir korban. Masalah gempa pun masuk kurikulum sekolah-sekolah Jepang, dimaksudkan agar anak-anak sekolah di negeri itu tahu cara menghadapi gempa tanpa rasa takut yang berlebihan.

Buku-buku kecil yang berisi prosedur darurat gempa dalam bentuk gambar dan tulisan singkat, padat, menarik dan mudah dipahami disebarkan. Sebagai contoh, dalam buku itu diajarkan bahwa langkah pertama menghadapi gempa adalah mencari selamat dengan diam di bawah meja dengan bantal di atas kepala. Ini dimaksudkan untuk melindungi kepala dari kemungkinan benda-benda yang jatuh saat gempa terjadi. Langsung keluar gedung saat terjadi gempa dianggap lebih beresiko terutama saat berada di gedung yang tinggi. Dalam buku kecil itu juga di jelaskan soal tsunami. Ini dikhususkan bagi yang tinggal di dekat pantai. Begitu terjadi gempa langkah pertama harus mencari tempat yang tinggi. Tsunami biasanya datang begitu cepatnya setelah gempa. Prosedur seperti ini telah mendarah daging bagi masyarakat Jepang.

Selain itu konsep evakuasi dan sistem komunikasi telah dibuat dengan baik, sehingga warga Jepang sudah tahu harus lari kemana saat terjadi gempa. Jalur evakuasi gempa yang modern sudah dibuatkan termasuk membuat taman-taman luas di setiap titik kota sebagai titik berkumpul. Sistem peringatan dini atau Early Warning System telah dipasang dimana-mana. Televisi akan menyiarkan peringatan kurang dari dua menit setelah gempa terjadi. Jalur evakuasi dalam gedung-gedung dibuat dengan jelas dan setiap pukul 15.00-15.15 rutin memberikan peringatan mengenai tata cara evakuasi dari gedung tinggi jika terjadi gempa seperti prosedur pengamanan yang sering kita lihat jika naik pesawat yang dijelaskan awak kabin.

Sistem antisipasi bencana tersebut dilakukan karena masyarakat Jepang tinggal di daerah yang memang rawan gempa, sehingga mereka memang menyadari pentingnya menyiapkan diri menghadapi setiap bencana gempa yang sering datang tiba-tiba. Makanya, saat terjadi gempa besar kemaren masyarakat Jepang masih bisa berbaris antri keluar dari gedung, sesuatu hal yang mungkin tidak bakal terjadi di negeri kita ini. Bahkan waktu gempa di Kobe tahun 1995 menurut Yusron Ihzha Mahendra yang waktu itu tinggal di Jepang, saat itu dia tidak melihat adanya penjarahan oleh masyarakat, bahkan tidak terjadi penaikan harga oleh pemilik toko untuk mencari keuntungan pribadi di tengah penderitaan sesamanya. Solidaritas seperti ini sudah tertanam pada masyarakat Jepang. Suatu tindakan yang perlu kita contoh untuk kita terapkan di negeri kita ini.

Namun, meskipun sudah begitu maksimal upaya untuk penanganan bencana, kembali lagi pada kekuasaan Tuhan diatas segalanya. Bencana dasyat dan tsunami Jum'at lalu begitu dasyat sehingga Jepang pun dengan kemampuan teknologi dan kesiapannya menghadapi hal ini kelihatan tidak berdaya menghadapi kuasa Tuhan. Saya tidak bisa membayangkan bila gempa dan tsunami terjadi di Jakarta, mungkin korban akan lebih banyak terjadi. Ingat, menurut beberapa pakar korban lebih banyak terjadi karena tsunami yang terjadi setelah gempa, yang datang begitu cepat dan dasyat sehingga sudah diluar kemampuan manusia untuk bisa segera menghindar dari bencana, bukan karena gempanya.

Karena itu, hikmah yang dapat kita petik dari kasus gempa di Jepang ini adalah pertama, sebagai manusia kita diberikan Tuhan kemampuan berpikir untuk selalu belajar dari pengalaman yang terjadi. Untuk itu kita dalam hal ini pemerintah harus belajar dari kejadian ini. Kita pernah mengalami kejadian gempa dan tsunami besar tahun 2004 di Aceh. Memang setelah itu kita mulai berpikir dan menyadari pentingnya mitigasi bencana untuk meminimalisir korban. Berbagai upaya telah dilakukan namun kita dikenal dengan bangsa pelupa, sehingga memang beberapa saat setelah bencana kita akan terbangun dan berpikir tapi setelah itu tak lama kita akan tertidur dan lupa. Sekali lagi melalui tulisan ini, saya mengingatkan bencana memang di luar kehendak kita, sehingga yang bisa kita lakukan adalah memaksimalkan usaha antisipasi untuk meminimalkan dampak dengan membangun sistem manajemen bencana mulai kesiapan sebelum terjadinya bencana melalui sistem mitigasi yang dilakuakan dengan riset- riset, latihan-latihan, membangun sistem peringatan dini, jalur evakuasi dan komunikasi, melakukan penyuluhan-penyuluhan tentang bencana, membuat protap-protap dsb. Kemudian penanganan saat terjadinya bencana melalui tanggap darurat harus dibuat prosedur tetap yang betul betul aplikatif. Selanjutnya pasca bencana melalui kegiatan rehabilitasi bencana. Hal tersebut harus benar-benar kita persiapkan karena negeri kita ini juga rawan bencana.

Kedua, dari kejadian gempa Jepang ini kita diingatkan kembali bahwa kekuasaan Tuhan diatas segalanya. Jepang dengan teknologinya yang bisa dikatakan terhebat saat ini ternyata tidak mampu dan tiada daya menghadapi bencana ini. Olehnya, mari kita sadari bahwa kita ini lemah dihadapnya untuk itu mari kita lebih mendekatkan diri pada Nya, tidak pantas kita menyombongkan diri karena sebenarnya manusia itu lemah di hadapan Tuhan. La kaula wala kuwata illah billahil aliyil adzim.


Atambua, Maret 2011
By Slamet Sp

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Blognya dipercantik lagi pak,,,,saran mungkin bisa ditambahkan beberapa foto berwarna biar makin hidup...hehhe jangan lupa Komentar di Hel's Gallery juga ya pak...untuk kemajuan Nusa dan Bangsa...

Pergi kepasar pagi-pagi,
Tidak lupa membeli roti,
Jangan lupa mampir di Galleri,
Hanya sekedar berbagi informasi...

Iklan dikit gak apa ya pak...selage Gratezzz...

www.koleksigading.blogspot.com